Menuju Babak Baru Pemerintahan Desa

Sabtu, 26 November 2011

PENGEMBANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KECAMATAN WAJAK TERHADAP PENGERAJIN MENDONG

oleh: Hapipi Jayadi

a) Peningkatan Keterampilan Masyarakat Di Bidang Industri
(Tikar Dan Kerajinan Mendong)
Hasil kreasi mendong dari Kecamatan Wajak masih berkutat pada pembuatan tikar. Karena itu Disperindag dan Pasar mengadakan pelatihan untuk perajin mendong yang berada di delapan desa yaitu di Patok Picis, Codo, Kidangbang, Blayu, Wajak, Sukoanyar, Dadapan dan Ngembal. Mereka disiapkan pelatih dari Tasikmalaya yang karena produk mendong dari Tasikmalaya lebih kreatif. ”Hasil mendong dari Kabupaten Malang masih belum maksimal. Kreasinya kurang sehingga harus ada langkah ke depan agar hasilnya lebih bagus. Untuk itu akan dilatih proses penenunan, pencelupan warna dan pemintalan benangnya. Sehingga hasilnya lebih beragam. Bisa jadi kotak, entah jadi tisu, kotak seserahan, tas dll.
Ketua Dekranasda Kabupaten Malang menyatakan pelatihan dan bantuan dari pemerintah hanya bersifat stimulus. Sehingga diperlukan kreatifitas dari perajin sendiri agar produknya memiliki nilai jual lebih tinggi. Ia kemudian mencontohkan beberapa produk dari mendong yang dijual saat pameran di Jakarta. Kerajinan mendong lebih banyak melibatkan tenaga perajin dibandingkan kerajinan kain bordir. Selain itu, berbeda dengan kerajinan kain bordir yang sudah menggunakan mesin-mesin bordir modern, kerajinan mendong, terutama proses penenunan, masih menggunakan alat tenun tradisional. Bahan baku kerajinan mendong adalah tanaman mendong yang harus ditanam di lahan yang senantiasa basah.
Tanaman mendong dapat dipanen sampai 6-7 kali. Untuk pemanenan pertama, mending harus dibiarkan tumbuh selama 6 bulan terlebih dahulu, baru dapat dipanen. Untuk pemanenan kedua dan seterusnya hanya memerlukan waktu 4 bulan. Tanaman mendong yang subur dapat mencapai ketinggian 90 s.d. 125 cm. Selain mendong, bahan baku lain yang dibutuhkan adalah benang tenun atau benang polyster. Adapun tahap-tahap dalam pembuatan anyaman mendong adalah sebagai berikut (A. Suhandi Shm., dkk., 1985: 47-48).
b. Pewarnaan
Sesuwai dengan kelompok yang telah di bagikan disini kami dapat bagian Pewarnaan Sehingga yang akan saya uraikan lebih luas adalah system pewarnaan pada mending.
Pekerjaan member warna batang mending disebut nyelep (mencelup). Warna-warna yang sering dipakai adalah hijau, biru, kuning, merah, dan ungu. Sedangkan bahan zat pewarna dapat diperoleh di toko-toko di Kota Tasikmalaya. Adapun proses pewarnaan adalah sebagai berikut.
1. Batang mending yang telah selesai dijemur diberi warna dengan cara di celep (dicelup) ke dalam  godogan atau larutan zat pewarna yang dipanaskan sampai mendidih, sesuai dengan warna yang diinginkan.
2. Setelah pemberian warna selesai, batang-batang mendong tersebut dijemur kembali selama 4 jam dengan tujuan agar warnanya tidak luntur.
3. Apabila menghendaki lebih dari satu warna, batang mendong kering itu diikat sampai pada batas warna yang diinginkan, kemudian dicelup ke dalam zat pewarna. Setelah itu ikatan batang mendong itu dijemur sampai kering. Selanjutnya, bagian yang belum diberi warna dicelupkan lagi ke dalam zat pewarna lainnya, kemudian dijemur kembali sehingga menghasilkan batang mendong dengan warna yang berlainan.
4. Setelah itu batang-batang mendong tersebut di-celub, yaitu dimasukkan ke dalam air sebentar agar batang yang akan ditenun tidak mudah putus. Setelah kering, batang mending yang telah diberi warna diikat kembali dan siap untuk ditenun. Penenunan Proses pembuatan tikar mending dapat diuraikan sebagai berikut.
a) Mula-mula memasang benang pada alat tenun tersebut. Pekerjaan ini disebut  pihane. Setiap benang dimasukkan pada celah-celah  suri dan selang satu benang masuk ke  gun  yang satu benang yang lain masuk ke gun lainnya. Kemudian masingmasing ujung benang diikatkan pada batang penggulung benang atau boom.
b) Setelah benang itu tergulung, maka ujungnya yang lain diikatkan pada panggulung amparan.
c) Penenun menginjak salah satu alat  panginjek, sehingga salah satu  gun  terangkat dan gun yang lain turun. Gerakan ini  menyebabkan benang-benang yang dipasang sebagian turun dan sebagian lagi naik.  Toropong  yang sudah diisi batang mendong dimasukkan ke lubang yang menganga tadi, yaitu di antara benang-benang yang turun dan terangkat oleh gun. Satu batang mending pada toropong dipegang oleh tangan penenun, kemudian  toropong dikeluarkan, sehingga batang mending tersebut ada dalam benang yang terpasang. Batang mending tersebut ditarik oleh  suri, sehingga mendekati dan merapat ke alat penggulung tikar. Pekerjaan demikian  disebut  ngagedig. Demikian seterusnya hingga batang mendong yang ditenun semakin banyak.
e) Setelah batang mendong yang ditenun sudah cukup banyak, kemudian penggulung tikar diputar, sehingga hasil tenunan tikar dapat digulung sedikit demi sedikit pada alat penggulung tersebut. Apabila panjang tikar sudah memenuhi ukurannya, sedangkan benang masih panjang, maka sebagai batas tenunan itu diberi jarak. Untuk membuat tikar madani, tenunannya tidak terlalu padat dan motifnya biasanya belang-belang lurus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar